Kedatangan Nisa disambut ramah
oleh Yulia. Kedatangan Nisa memang sudah ia tunggu.
“Hai” sapa Yulia
setelah Nisa duduk di sebelahnya
“Makasih ya?” lanjut
Yulia karena Nisa hanya diam
“Makasih buat?”
“Udah mau dateng,
aku kira tadi temenmu nggak nyampe’in pesen aku”
Nisa hanya
tersenyum tipis, “ Masalah Rafa?” Seakan tau apa yang ada difikiran Yulia
Mendengar omongan Nisa yang to
the point, Yulia lantas diam.
“Dia masih suka
sama kamu” ujar Yulia kemudian
Spontan Nisa
langsung memandang gadis yang bernama Yulia itu, “Maksud kamu?”
“Aku tau, kamu
pasti bingung”
“Rafa berulang kali
hubungin kamu, tapi handphone kamu non-aktif terus” lanjut Yulia
Semenjak
Nisa putus dengan Rafa dan mengetahui bahwa Rafa telah menjalin hubungan dengan
teman sekelasnya di SMA 86, Nisa amat kecewa. Berbulan-bulan Nisa mencoba
bangkit dari keadaan, sampai akhirnya ia memutuskan untuk menonaktifkan semua
alat komunikasi termasuk jejaring sosial agar ia bisa melupakan Rafa.
Nisa sontak langsung mengecek
handphonenya, dia sangat syok melihat 96 pesan dan 53 panggilan dari Rafa. Nisa
membaca satu persatu pesan dari Rafa, dan betapa terkejutnya ia saat mengetahui
pesan terakhir darinya.
Begitu marahkah kamu? Begitu hinakah aku
di matamu sampai-sampai tak satupun pesan pun dariku yang kamu balas. Aku mohon
setelah kamu baca pesan ini kamu akan mengerti, selama hidupku hanya kamu
wanita yang benar-benar sayang juga sabar menghadapi sifatku yang egois, meski
berulang kali aku menyakitimu dengan semua masalalu yang sampai sekarang aku
belum bisa melupakannya, tapi kamu tetap sabar menghadapi semua itu. Dan karena
kamu adalah wanita yang kuat dan tegar, aku memilih meninggalkanmu karena aku
tidak mau lebih menyakitimu. Tapi jujur dari hatiku yang paling dalam aku tak
sanggup karena aku sangat mencintaimu lebih dari masalaluku, aku mohon tunggu
aku sampai aku bisa memmbuktikan kalau aku bisa sukses dan mampu
mambahagiakanmu jauh dari saat kita bersama dulu, aku mohon Nis, aku mohon
tunggu aku... love you Nisa.
Nisa tak kuasa menahan airmatanya,
dia langsung menghubungi Rafa, namun nomornya sudah tidak aktif lagi. Tangis
Nisa semakin pecah saat ia membuka blok pribadi Rafa yang semua berisi
tentangnya.
Seakan Yulia
mengerti, ia langsung memeluk Nisa, “Sabar ya Nis”
“Dia kemana?”
“Dia pindah ke
Bandung”
“Kenapa dia tega
ninggalin aku?” tangis Nisa semakin menjadi
“Karena dia sayang
kamu, selama kita pacaran, dia terus nyeritain kamu, dan aku tahu cintanya
hanya buat kamu Nis, bukan buat aku”
“...” Nisa hanya
bisa menangis mendengar ucapan Yulia
“Dia ninggalin kamu
karena dia tau kalau kamu adalah wanita yang sabar dan kuat. Kita lebih kayak
sahabat, bukan pacar. Dia bilang ke aku supaya nggak ngasih tau hal ini, tapi
aku rasa lebih baik kamu tau. Dia harus pindah karena ayahnya pindah tugas ke
Bandung. Kepindahannya itu ingin ia jadikan awal meraih kesuksesan hanya untuk
kamu Nis, dia ingin hidup bahagia sama kamu suatu hari nanti, percaya ya?”
terang Yulia
Nisa hanya mengangguk perlahan,
berharap benar apa yang dikatakan Yulia.
***
Sepulang dari kantor, Nisa
menyempatkan untuk mampir ke cafe favoritnya. Disela-sela ia menikmati
cappucino panasnya ia teringat akan kejadian masa lalunya. Nisa tak pernah
melupakan kejadian itu, percakapannya dengan Yulia 7 tahun lalu, dia tersenyum
tipis mengingatnya, ia pun juga tak pernah lupa akan pesan terakhir dari Rafa
yang tak dihapusnya, ia juga selalu rutin mengunjungi blok pribadinya. Nisa pun
hanya mampu tersenyum mengingat masa lalunya.
“Nisa?” sapa
seorang wanita
Nisa mencoba mengingat
wanita yang menyapanya itu.
“Yulia, ya ampun”
Nisa langsung memeluk Yulia
“Maaf aku
loadingnya lama, nggak nyangka ya kita ketemu disini” lanjut Nisa
“Iya, eh gimana
kabar Rafa?”
“Nggak tau, sampai
sekarang nggak ada kabar”
Seakan Yulia
teringat sesuatu, “Oh iya, untung aku tadi nanyain soal Rafa”
“Emang kenapa?”
“Tadi sepulang dari
kantor, atasan aku minta buat nemenin Beliau buat meeting besok sama salah satu
perusahaan yang ada di Bandung, dan yang buat aku kaget, Presiden Direkturnya
itu Rafa Aditya”
“Apa?” Nisa kaget
setengah mati
“Kamu yakin Rafa
yang kamu maksud itu ....”
“Yakin, pasti nggak
salah” potong Yulia
Percakapan Nisa dan Yulia harus
terhenti karena kekasih Yulia sudah menjemput.
“Bye” Yulia
meninggalkan Nisa
“Apa bener Rafa
yang Yulia maksud itu....?” Nisa mulai resah sendiri
***
Seperti kemarin, sepulang dari
kantor, Nisa menyempatkan pergi ke cafe favoritnya. Namun ada yang aneh dari
cafe sore itu.
“Kok sepi, tumben
banget” batin Nisa saat memasuki cafe
“Mana pelayannya?
Gelap pula” Nisa merasa ada yang aneh dari cafe itu
Tiba-tiba lampu utama cafe
tersebut menyala, di bawah sinar lampu tersebut berdiri seorang lelaki yang
amat Nisa kenal, ia memegang sebuah gitar dan mulai menyanyikan sebuah lagu.
Nisa meneteskan air mata, ia tak
percaya dengan apa yang tengah ia liat. Setelah selesai bernyanyi, lelaki itu
mendekati Nisa.
“Makasih udah mau
nunggu aku selama ini, makasih kamu tetap menjadi bintang di hatiku” ujar
lelaki yang tepat berdiri di hadapan Nisa
Lelaki itu kemudian
memegang tangan Nisa, “Tak pernah aku menyangka bertemu denganmu 8 tahun lalu,
pertemuan yang tak pernah ingin aku akhiri”
“...” Nisa hanya
terdiam
Lelaki itu menghela
nafas, lalu melanjutkan omongannya, “Tersiksa saat aku harus berpisah denganmu
dan harus menunggu bertahun-tahun untuk bisa bertemu denganmu lagi, dan
sekarang aku berdiri disini untuk membuktikan bahwa semua pengorbananku selama
ini hanya untukmu,”
Kemudian ia
berlutut di hadapan pujaan hatinya, “Will you marry me?” ucapnya sambil
menunjukkan cincin yang ia pegang
“...” Nisa tak
mampu berkata-kata lagi, dia hanya meneteskan airmata sambil mengangguk
perlahan
Rafa langsung memeluk Nisa,
pelukan kebahagiaan yang selama ini Nisa nanti. Mereka larut dalam suasana. Kemudian
Rafa memasangkan cincin tersebut ke jari Nisa. Ternyata semua teman kantor Nisa
ada di cafe itu, termasuk Yulia. Nisa semakin tak kuasa manahan air matanya. Di
tengah kebahagiaannya, Rafa memeluk Nisa dari samping sambil tersenyum bahagia.
“Ini kan yang kamu
tunggu selama ini? Maaf ya sudah membuatmu menunggu begitu lama” ucap Rafa
sambil mencium kening Nisa
By : Liza
Zimmy
23 Januari 2013 pukul 20.17
komen apa ya?? bagus ^^
sedikit koreksi, ada salah penulisan nama. yang harusnya Rafa, ditulis Riza.
24 Januari 2013 pukul 04.47
curhat pengalaman anda ya buk ...:D
25 Januari 2013 pukul 02.43
@rika: makasih atas comment.ny, sudah saya ganti, mungkin efek kurang konsentrasi, jadinya ngawur kemana-mana, gumaweo :> aku tunggu post.mu :D
@atus: bukan curhat, tapi menuangkan sedikit pengalaman namun banyak yang mengalami editing sehingga menjadi cerita fiksi :D gumaweo comment.ny :>
28 Januari 2013 pukul 17.13
hahaha , keren ogk tapi.
31 Januari 2013 pukul 16.55
gumaweo :>