7 Tahun (Rafa Nisa)

               Kedatangan Nisa disambut ramah oleh Yulia. Kedatangan Nisa memang sudah ia tunggu.


“Hai” sapa Yulia setelah Nisa duduk di sebelahnya

“Makasih ya?” lanjut Yulia karena Nisa hanya diam

“Makasih buat?”

“Udah mau dateng, aku kira tadi temenmu nggak nyampe’in pesen aku”

Nisa hanya tersenyum tipis, “ Masalah Rafa?” Seakan tau apa yang ada difikiran Yulia

                Mendengar omongan Nisa yang to the point, Yulia lantas diam.

“Dia masih suka sama kamu” ujar Yulia kemudian


Spontan Nisa langsung memandang gadis yang bernama Yulia itu, “Maksud kamu?”

“Aku tau, kamu pasti bingung”

“Rafa berulang kali hubungin kamu, tapi handphone kamu non-aktif terus” lanjut Yulia

                Semenjak Nisa putus dengan Rafa dan mengetahui bahwa Rafa telah menjalin hubungan dengan teman sekelasnya di SMA 86, Nisa amat kecewa. Berbulan-bulan Nisa mencoba bangkit dari keadaan, sampai akhirnya ia memutuskan untuk menonaktifkan semua alat komunikasi termasuk jejaring sosial agar ia bisa melupakan Rafa.

                Nisa sontak langsung mengecek handphonenya, dia sangat syok melihat 96 pesan dan 53 panggilan dari Rafa. Nisa membaca satu persatu pesan dari Rafa, dan betapa terkejutnya ia saat mengetahui pesan terakhir darinya.

                Begitu marahkah kamu? Begitu hinakah aku di matamu sampai-sampai tak satupun pesan pun dariku yang kamu balas. Aku mohon setelah kamu baca pesan ini kamu akan mengerti, selama hidupku hanya kamu wanita yang benar-benar sayang juga sabar menghadapi sifatku yang egois, meski berulang kali aku menyakitimu dengan semua masalalu yang sampai sekarang aku belum bisa melupakannya, tapi kamu tetap sabar menghadapi semua itu. Dan karena kamu adalah wanita yang kuat dan tegar, aku memilih meninggalkanmu karena aku tidak mau lebih menyakitimu. Tapi jujur dari hatiku yang paling dalam aku tak sanggup karena aku sangat mencintaimu lebih dari masalaluku, aku mohon tunggu aku sampai aku bisa memmbuktikan kalau aku bisa sukses dan mampu mambahagiakanmu jauh dari saat kita bersama dulu, aku mohon Nis, aku mohon tunggu aku... love you Nisa.

                Nisa tak kuasa menahan airmatanya, dia langsung menghubungi Rafa, namun nomornya sudah tidak aktif lagi. Tangis Nisa semakin pecah saat ia membuka blok pribadi Rafa yang semua berisi tentangnya.
Seakan Yulia mengerti, ia langsung memeluk Nisa, “Sabar ya Nis”

“Dia kemana?”

“Dia pindah ke Bandung” 

“Kenapa dia tega ninggalin aku?” tangis Nisa semakin menjadi

“Karena dia sayang kamu, selama kita pacaran, dia terus nyeritain kamu, dan aku tahu cintanya hanya buat kamu Nis, bukan buat aku”

“...” Nisa hanya bisa menangis mendengar ucapan Yulia

“Dia ninggalin kamu karena dia tau kalau kamu adalah wanita yang sabar dan kuat. Kita lebih kayak sahabat, bukan pacar. Dia bilang ke aku supaya nggak ngasih tau hal ini, tapi aku rasa lebih baik kamu tau. Dia harus pindah karena ayahnya pindah tugas ke Bandung. Kepindahannya itu ingin ia jadikan awal meraih kesuksesan hanya untuk kamu Nis, dia ingin hidup bahagia sama kamu suatu hari nanti, percaya ya?” terang Yulia

                Nisa hanya mengangguk perlahan, berharap benar apa yang dikatakan Yulia.

***

                Sepulang dari kantor, Nisa menyempatkan untuk mampir ke cafe favoritnya. Disela-sela ia menikmati cappucino panasnya ia teringat akan kejadian masa lalunya. Nisa tak pernah melupakan kejadian itu, percakapannya dengan Yulia 7 tahun lalu, dia tersenyum tipis mengingatnya, ia pun juga tak pernah lupa akan pesan terakhir dari Rafa yang tak dihapusnya, ia juga selalu rutin mengunjungi blok pribadinya. Nisa pun hanya mampu tersenyum mengingat masa lalunya.

“Nisa?” sapa seorang wanita

Nisa mencoba mengingat wanita yang menyapanya itu.

“Yulia, ya ampun” Nisa langsung memeluk Yulia

“Maaf aku loadingnya lama, nggak nyangka ya kita ketemu disini” lanjut Nisa

“Iya, eh gimana kabar Rafa?”

“Nggak tau, sampai sekarang nggak ada kabar”

Seakan Yulia teringat sesuatu, “Oh iya, untung aku tadi nanyain soal Rafa”

“Emang kenapa?”

“Tadi sepulang dari kantor, atasan aku minta buat nemenin Beliau buat meeting besok sama salah satu perusahaan yang ada di Bandung, dan yang buat aku kaget, Presiden Direkturnya itu Rafa Aditya”

“Apa?” Nisa kaget setengah mati

“Kamu yakin Rafa yang kamu maksud itu ....”

“Yakin, pasti nggak salah” potong Yulia

                Percakapan Nisa dan Yulia harus terhenti karena kekasih Yulia sudah menjemput.

“Bye” Yulia meninggalkan Nisa

“Apa bener Rafa yang Yulia maksud itu....?” Nisa mulai resah sendiri

***

                Seperti kemarin, sepulang dari kantor, Nisa menyempatkan pergi ke cafe favoritnya. Namun ada yang aneh dari cafe sore itu.

“Kok sepi, tumben banget” batin Nisa saat memasuki cafe

“Mana pelayannya? Gelap pula” Nisa merasa ada yang aneh dari cafe itu

                Tiba-tiba lampu utama cafe tersebut menyala, di bawah sinar lampu tersebut berdiri seorang lelaki yang amat Nisa kenal, ia memegang sebuah gitar dan mulai menyanyikan sebuah lagu.

                Nisa meneteskan air mata, ia tak percaya dengan apa yang tengah ia liat. Setelah selesai bernyanyi, lelaki itu mendekati Nisa.

“Makasih udah mau nunggu aku selama ini, makasih kamu tetap menjadi bintang di hatiku” ujar lelaki yang tepat berdiri di hadapan Nisa

Lelaki itu kemudian memegang tangan Nisa, “Tak pernah aku menyangka bertemu denganmu 8 tahun lalu, pertemuan yang tak pernah ingin aku akhiri”

“...” Nisa hanya terdiam

Lelaki itu menghela nafas, lalu melanjutkan omongannya, “Tersiksa saat aku harus berpisah denganmu dan harus menunggu bertahun-tahun untuk bisa bertemu denganmu lagi, dan sekarang aku berdiri disini untuk membuktikan bahwa semua pengorbananku selama ini hanya untukmu,”

Kemudian ia berlutut di hadapan pujaan hatinya, “Will you marry me?” ucapnya sambil menunjukkan cincin yang ia pegang

“...” Nisa tak mampu berkata-kata lagi, dia hanya meneteskan airmata sambil mengangguk perlahan

                Rafa langsung memeluk Nisa, pelukan kebahagiaan yang selama ini Nisa nanti. Mereka larut dalam suasana. Kemudian Rafa memasangkan cincin tersebut ke jari Nisa. Ternyata semua teman kantor Nisa ada di cafe itu, termasuk Yulia. Nisa semakin tak kuasa manahan air matanya. Di tengah kebahagiaannya, Rafa memeluk Nisa dari samping sambil tersenyum bahagia.
“Ini kan yang kamu tunggu selama ini? Maaf ya sudah membuatmu menunggu begitu lama” ucap Rafa sambil mencium kening Nisa


By : Liza Zimmy

5 Response to "7 Tahun (Rafa Nisa)"

  1. Unknown says:
    23 Januari 2013 pukul 20.17

    komen apa ya?? bagus ^^
    sedikit koreksi, ada salah penulisan nama. yang harusnya Rafa, ditulis Riza.

  2. Unknown says:
    24 Januari 2013 pukul 04.47

    curhat pengalaman anda ya buk ...:D

  3. Liza Zimmy says:
    25 Januari 2013 pukul 02.43

    @rika: makasih atas comment.ny, sudah saya ganti, mungkin efek kurang konsentrasi, jadinya ngawur kemana-mana, gumaweo :> aku tunggu post.mu :D

    @atus: bukan curhat, tapi menuangkan sedikit pengalaman namun banyak yang mengalami editing sehingga menjadi cerita fiksi :D gumaweo comment.ny :>

  4. Unknown says:
    28 Januari 2013 pukul 17.13

    hahaha , keren ogk tapi.

  5. Liza Zimmy says:
    31 Januari 2013 pukul 16.55

    gumaweo :>

Posting Komentar