Tampilkan postingan dengan label cerita pendek. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita pendek. Tampilkan semua postingan

Kenapa Harus Dengan Kamu?

               Bel sekolah sudah berbunyi  30 menit yang lalu, namun Lia baru tiba di sekolah.


“Mampus gue” gerutu Lia saat memasuki gerbang sekolah yang sudah terlihat sepi

“Hey kamu, cepat” terdengar suara satpam yang menyuruh Lia untuk mempercepat langkahnya

                Lia pun mempercepat langkahnya. Dari kejauhan ia dapat melihat dengan jelas wajah sederet guru Tatib yang siap memberi hukuman kepadanya.

“Dari mana saja kamu?”

“Dari rumah bu, ngomong-ngomong cuman saya ya yang terlambat hari ini?” tanya Lia polos saat mengetahui tak ada siswa lain selain dirinya yang baru tiba

“Semua siswa yang terlambat sudah selesai menjalani hukuman dan sekarang sudah masuk ke kelas masing-masing” terang Bu Ana

                Lia hanya diam, sang guru Tatib pun bingung harus memberi hukuman apa untuk Lia mengingat jam pelajaran ketiga sudah hampir dimulai. Di tengah kediaman Lia menunggu keputusan dari guru Tatib, ia melihat sesosok lelaki yang tengah berlari. Ternyata lelaki tersebut juga terlambat.

“Saya terlambat ya pak?” tanya lelaki itu polos sambil mencoba mengatur nafasnya yang terengah-engah

“Sudah terlambat, masih bertanya hal konyol seperti itu?” jawab Pak Agung yang terkenal killer sebagai guru Tatib

                Lelaki itu mendapat ocehan panjang dari Pak Agung. Lia hanya diam dan memandangi lelaki itu. Dan ternyata mata mereka sempat bertemu, namun lelaki itu langsung memalingkan pandangannya kembali ke Pak Agung yang tengah menasehatinya.

“Wajahnya tak asing” batin Lia

Maaf Atas Masa laluku


                Sekarang usiaku menginjak 19 tahun, menjadi seorang mahasisiwi pendiam di salah satu Universitas Negeri di daerah Jakarta. Jakarta menjadi tujuan belajarku selanjutnya karena aku ingin jauh dari masa laluku.

“Aulia” suara itu mengagetkanku

“Ada apa Sis?”

“Nggak ada apa-apa sih, Lo sibuk nggak?” tanya Siska

“Nggak”

“Anterin gue ke mall bisa? Gue harus beli buku”

“Sekarang?”

“Taun depan, ya sekarang lah nona” Siska mulai geregetan

“Ya udah, aku juga mau beli novel kok”

                Akhirnya Aulia pergi mengantarkan Siska ke toko buku, kebetulan dia tidak sedang sibuk.

 “Gue ke kamar kecil dulu, lo masuk duluan aja” ucap Siska sambil meninggalkan Aulia sesaat setelah Aulia memarkir mobil

                Aulia masuk sendirian.Ia pun langsung menuju toko buku dan celingukan mencari buku. Ia menemukan buku yang menarik, sebuah novel. Ia pun asyik membaca sinopsis novel tersebut sambil bersender di rak buku.

                Selesai membaca, Aulia merasa matanya perih, ia pun melepas kacamatanya dan mengusap matanya. Tiba-tiba ‘bugh’, seorang lelaki menabrak Aulia dari belakang.

7 Tahun (Rafa Nisa)

               Kedatangan Nisa disambut ramah oleh Yulia. Kedatangan Nisa memang sudah ia tunggu.


“Hai” sapa Yulia setelah Nisa duduk di sebelahnya

“Makasih ya?” lanjut Yulia karena Nisa hanya diam

“Makasih buat?”

“Udah mau dateng, aku kira tadi temenmu nggak nyampe’in pesen aku”

Nisa hanya tersenyum tipis, “ Masalah Rafa?” Seakan tau apa yang ada difikiran Yulia

                Mendengar omongan Nisa yang to the point, Yulia lantas diam.

“Dia masih suka sama kamu” ujar Yulia kemudian

Suka Duka 'Sahabatku Cintaku'

“Eh, mereka itu pacaran nggak sih? Kemana-mana kok berdua terus”

 “Nggak tau, tapi yang cewek itu kan lagi deket sama kapten basket kita”

“Masak sih? Cewek kayak gitu?”

“Eh dia itu ketua ekstra bulutangkis tau”

“Masak?”

                Percakapan kedua gadis di sebelah Linda terdengar sangat jelas di telinganya. Linda pun hanya tersenyum tipis sambil meneruskan makan siangnya di kantin.

“Lo nggak tersinggung?” Ucap Andre tiba-tiba

“Lo denger ternyata?”

“Ya iyalah, orang suara kayak speaker gitu, siapa coba yang nggak denger”

Sahabat Selamanya

“Kalah lagi ya?” ejek Dimas

“Ih, orang abis maen juga, bukannya dikasih minum malah diledekin” jawab Olie sambil nimpuk kepala Dimas dengan botol minuman

“Abis kamu kalah mulu sih lawan Ines”

“Bodo, yang penting kali ini pointnya beda tipis, weeek :p”

“Tetep kalah juga kan?” tanya Dimas sambil nyodorin mukanya tepat dihadapan Olie

“Iya juga sih” jawab Olie sambil cengar-cengir, “Makan yuk, laper” ajak Olie kemudian

“Bayarin ya?”

“Ogah” jawab Olie sambil keluar Gedung

    Pertemanan Olie dan Dimas dimulai sejak mereka mengikuti ekstra bulutangkis di sekolah, awalnya mereka tak saling kenal, namun karena mengikuti ekstra yang sama, dan menjadi teman sekelas sejak kelas 2, mereka sekarang menjadi sahabat.


“Woi, tunggu, tas lo” teriak Dimas

Blue Note's


Sudah lebih dari 30 menit Fia berdiri di sudut lapangan. Pertandingan basket yang diadakan di sekolahannya itu tidak pernah ia lewatkan.
“Ngliatin siapa sih?” pertanyaan Mila mengagetkan Fia

“Hmm, masih aja ngliatin tu cowok” lanjut Mila

“Apaan sih”

                Fia langsung pergi meninggalkan Mila, dia merasa malu karena berulang kali kepergok sahabatnya itu sedang ngliatin Ahsan yang sedang bertanding basket.

***
“Nglamunin apa hayo?” 

Penantian Alisa


Seperti biasa sepulang sekolah gadis itu terlihat sedang menunggu seseorang di depan gerbang sekolahnya. Menunggu dan terus menunggu. Sampai dia lelah dan memutuskan untuk pulang. Setahun ia melakukan hal itu, setiap hari dan entah kapan ia akan mengakhirinya.

***

Dia hanya duduk, entah apa yang ia fikirkan di taman sore itu.

“Setahun aku menunggumu, kapan kamu akan datang?” gumam Alisa.

Gadis itu mulai meneteskan airmata, airmata penuh luka, airmata pedih menusuk lara, airmata pengorbanan.